Minggu, 23 Januari 2011

Persiapan Menghadapi Psikotes

 Jika suatu ketika Anda mengikuti psikotes, konsultan pada Dunamis
Intermaster, Tomy Sudjarwadi, menyarankan untuk mempersiapkan beberapa
hal sebagai berikut:

Pertama, Anda harus yakin terlebih dahulu bahwa posisi yang akan
dimasuki lewat tes itu bukan semata-mata karena pertimbangan ekonomis,
yakni untuk mendapatkan pekerjaan dan uang saja. Namun, harus ada unsur
kecocokan dengan kemampuan.

Kedua, persiapkan diri dengan istirahat yang cukup. Seringkali,
seseorang sebenarnya mampu mengerjakan tes. Namun, ketegangan membuat
hasil tes menjadi jelek. Oleh karena itu, Anda harus beristirahat satu
atau dua hari sebelumnya agar kondisi fisik menjadi prima.

Ketiga, jangan melihat jawaban orang lain. Pasalnya, hal tersebut akan
membuat hasil Anda bertentangan dengan kondisi pribadi yang
sesungguhnya. Isilah apa adanya. Jangan lupa untuk menjawab apa yang
Anda ketahui terlebih dahulu.


Keempat, setiap psikotes ada pemetaannya. Artinya, setiap tes ada
tujuannya. Ada tes ketelitian, kreativitas, dan kecerdasan. Hal-hal
seperti ini harus diantisipasi dari awal. Jadi, persiapkan mental sejak
awal.

Wawancara dan Tes Psikologi (Psikotes)

 Mengapa gagal?
Banyak calon karyawan gagal dalam psikotes, termasuk di dalamnya wawancara. Mengapa?
Sesungguhnya, hasil pemeriksaan psikologi bersifat rahasia, dalam arti
tidak setiap orang dapat menerjemahkan dalam bahasa sehari-hari. Jadi,
yang berhak adalah psikolog yang berkompeten.
Hal itu berbeda dengan tes kesehatan, di mana jenis kegagalan dapat
disebutkan dengan jelas dan biasanya dapat pula dilihat. Sementara
hasil psikotes masih merupakan data kasar berupa angka-angka sehingga
perlu dijelaskan dalam bahasa awam oleh psikolog, untuk dijadikan data
kualitatif.
Pada dasarnya psikotes bukan ujian. Psikotes tidak mengukur prestasi
melainkan potensi dasar setiap individu. Dalam tes prestasi ada materi
yang dapat dipelajari, misalnya bahasa Inggris. Bila seseorang mendapat
nilai B dalam pelajaran itu, berarti penguasaan materi Bahasa
Inggrisnya baik.
Sedangkan psikotes mengukur potensi dasar yang dimiliki tiap individu.
Seseorang yang memang pada dasarnya cerdas, dites seperti apa pun tetap
akan baik hasilnya. Asalkan dia serius pada saat mengerjakan dan tidak
terganggu konsentrasinya sehingga dapat bekerja secara optimal.
Untuk mengurangi risiko gagal, ada beberapa hal yang perlu
dipersiapkan. Yang pertama, penampilan fisik. Perhatikan dengan saksama
apalagi bila profesi yang akan dimasuki mensyaratkan penampilan menarik
- seperti pramugari, teller bank, atau sekretaris. Sedangkan
tentara/polisi lebih menitik-beratkan pada postur ideal antara tinggi
dan bobot badan, serta ada persyaratan minimal tinggi badan.
Perhatikan juga cara berpakaian, sebaiknya sesuaikan dengan situasi dan
suasana. Misalnya, dalam wawancara untuk calon pramugari sebaiknya
tidak mengenakan pakaian yang tidak selayaknya, seperti celana panjang
berbahan jins. Atau menggunakan sepatu sandal, meskipun sedang mode.
Kerapian dan kesopanan berpakaian juga dipertimbangkan. Misalnya, tidak
mengenakan kemeja yang lengan panjangnya dilipat, atau hanya mengenakan
kaus, atau kemeja tidak dimasukkan.
Sikap pun memberikan nilai penting. Yang dimaksud dengan sikap ialah
bagaimana si calon karyawan dapat menempatkan diri pada posisi yang
tepat. Sebaiknya bersikap wajar saja, tidak dibuat-buat, tetapi juga
tidak tegang atau gugup.
Selain itu, biasanya dinilai pula kesopanan yang sesuai dengan norma.
Misalnya, tidak tampak menjilat, mengetuk pintu bila akan masuk
ruangan, atau kalau belum dipersilakan duduk, ya, jangan duduk dulu.
Dalam menjawab pertanyaan tidak bertele-tele, langsung pada inti
masalah. Kemudian menjawab secara jujur, tidak perlu ditutup-tutupi.
Misalnya, pernah tidak naik kelas atau pernah gagal pada tes di
perusahaan lain.
Selain itu, dalam menjawab tidak usah menggurui, meskipun si calon
sudah memiliki pendidikan yang cukup tinggi, pengalaman cukup banyak,
atau dari segi usia lebih tua daripada si pewawancara.
Jangan pula menjawab dengan sombong, misalnya mengaku sebagai atlet
yang sudah keliling ke banyak negara dan memiliki segudang prestasi.
Bangga boleh-boleh saja, tetapi kalau hasil psikologi tertulisnya
kurang baik, tetap saja tidak lulus.
Yang tidak kalah penting, tidak usah bertanya. Meski merasa optimistis
dengan hasil tes tulis dan merasa bisa mengerjakan, calon tidak perlu
bertanya mengenai hasilnya. Pada dasarnya wawancara adalah tes juga
sehingga hal ini akan mempengaruhi penilaian. Selain itu, situasi yang
dihadapi saat itu adalah situasi tes, bukan konsultasi psikologi.
Pertimbangkan pula banyak calon lain yang menunggu.

Umumnya, untuk memperoleh informasi penting dari calon karyawan digunakan metode FACT, yaitu:

* F: Feeling. Tentang apa yang dirasakan oleh orang itu. Ditanyakan minatnya, gambaran pekerjaan, apakah juga sudah terbayang.

* A: Action. Mengenai tindakan-tindakan apa yang telah dilakukan.

* C: Condition. Kondisi/situasi/keadaan di mana kejadian itu berlangsung.

* T: Thinking. Mengenai apa yang dipikirkan atau yang diinginkan oleh orang pada saat itu.


Pemahaman yang lebih baik tentang wawancara psikologi akan membuat kita
lebih mudah mempersiapkan diri menghadapi jenis wawancara ini. Yang
pasti, wawancara psikologi tidak perlu ditakuti dan tidak bisa
dibohongi.

Sekian salam hazzan studio

Tidak ada komentar:

Posting Komentar