Selasa, 02 Maret 2010

Tuntunan Berdo’a

Hadits Qudsi :Barangsiapa berdo’a (memohon) kepadaku-Ku di waktu dia senang (bahagia) maka aku akan mengabulkan do’anya di waktu dia dalam kesulitan, dan barangsiapa memohon maka Aku kabulkan dan barangsiapa rendah diri maka Aku akan angkat derajatnya, dan barangsiapa mohon kepada-Ku dengan rendah diri maka Aku akan merahmatinya dan barangsiapa mohon pengampunan-Ku maka Aku ampuni dosa-dosanya”. (Ar-Rabii’)

Mungkin sering kita merasa bahwa doa-doa yang kita panjatkan pada Allah belum juga dikabulkan setelah waktu yang lama. Ada baiknya kita memeriksa kembali apakah cara-cara kita berdoa sudah benar. Lalu apa saja yang harus kita perhatikan saat berdoa?

1. Rezeki yang halal
Dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah menggambarkan keadaan seseorang yang sedang berkelana jauh dengan rambut dan pakaian yang berantakan dan penuh debu. Ia berdoa ke langit. Namun bagaimana mungkin doanya akan dikabulkan sementara makanannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram.
Maka kebersihan rezeki yang kita konsumsi, secara zat maupun hakikat atau asalnya, haruslah berasal dari yang halal. Itulah salah satu syarat diterimanya doa.

2. Menghadap kiblat
Ini dicontohkan Rasulullah yang antara lain dalam satu riwayat digambarkan memohon turunnya hujan sambil menghadap kiblat. Namun, dalam kondisi terdesak, doa tentu bisa kita lakukan ke arah manapun juga.
 
3. Memperhatikan saat-saat yang tepat
Banyak waktu yang afdhal untuk melakukan doa, seperti di sepertiga malam, pada bulan Ramadhan, saat di Padang Arafah dan sebagainya.
 
4. Memperhatikan kondisi yang mustajab
Misalnya, pada saat bersujud, ketika dalam ketakutan, saat turun hujan.
 
5. Mengangkat kedua tangan
Dijelaskan oleh Rasulullah, “Mintalah dengan telapak tanganmu, bukan dengan bagian belakangnya .” Dari Abu Dawud dan Ibnu Abbas bahwa Rasulullah juga menjelaskan, “Jika engkau meminta sesuatu, hendaklah dengan mengangkat kedua tanganmu sejajar bahumu atau kira-kira sejajar dengannya…”
 
6. Dimulai dengan memuji Allah, serta mengucapkan shalawat Nabi SAW
Berdasar hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan An-Nasa’I, dari Fadhalah bin Ubaid, “…Jika salah seorang di antara kalian berdoa. Hendaklah dimulai dengan mengagungkan Rabb Yang Maha Agung dan Maha Mulia serta menyanjungnya, lalu mengucapkan shalawat atas Nabi SAW. Setelah itu barulah dia berdoa meminta apa yang diinginkannya.”
 
7. Khusyu, merendahkan diri dan merendahkan suara
Seperti yang tercantum dalam QS. Al A’raaf: 55, ”Berdoalah kepada Tuhanmu dengan rendah hati dan suara yang lembut. Sungguh dia tidak menyukai orang-orang yang melampui batas.”
Dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim, dari Abu Musa Asy’ari bahwa ketika Nabi saw mendengar orang yang membaca doa dengan suara keras, beliau bersabda, ”Wahai manusia, berdoalah dengan suara perlahan, karena engkau bukan menyeru kepada yang tuli dan tidak mengetahui apa-apa...”
 
8. Tidak berprasangka akan lambat dikabulkan
Diriwayatkan oleh Malik dari Abu Hurairah bahwa Nabi saw bersabda, ”Tentu doa seorang itu akan dikabulkan Allah selama orang itu tidak gegabah mengatakan, ’Aku telah berdoa, tetapi doaku tidak juga dikabulkan.’”
 
9. Dengan keyakinan akan dikabulkan
Jangan berdoa dengan ungkapan tak yakin seperti, ”Ya Allah ampuni dan berilah rahmat kepadaku bila Engkau menginginkannya.” Berdoalah dengan kalimat yang penuh keyakinan.
 
10. Jangan berdoa yang mengandung keburukan terhadap diri sendiri dan keluarga.
Jabir meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda, ”Jangan berdoa buruk terhadap dirimu, terhadap anak-anakmu, terhadap pelayan-pelayanmu dan harta bendamu. Jangan sampai nanti doamu itu bertepatan dengan suatu saat ketika Allah bisa memenuhi permohonan, hingga doa-doa burukmu benar-benar terkabul.”
 
11. Mengulangi doa hingga tiga kaliAbdullah bin Mas’ud meriwayatkan, ”Rasulullah sering berdoa dan membaca istighfar tiga kali.”
 
12. Menyapu wajah.Dengan kedua belah telapak tangan setelah selesai berdoa, setelah memuji dan mengagungkan Allah dan setelah mengucapkan shalawat Nabi.
 
(Asmawati-Ummi, sumber: Fiqih Sunnah, Sayyid Sabiq)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar